KISAH SIKANCIL DAN BUAYA
Suatu hari, di suatu tempat yang amat sangat
jauh di hutan terpencil, hidup sekumpulan binatang hutan. Perkumpulan
binatang ini dipimpin seekor buaya. Bukan tanpa sebab sang buaya
ditunjuk jadi pemimpin, tak lain karna sang buaya sudah 10 tahun hidup
di hutan itu..hehehe..
Sebagai penguasa alam setempat sang buaya
sangat dihormati oleh para penghuni hutan. Kebijaksanaan yang didapat
selama 10 tahun dia hidup di hutan itu membuat semua penghuni hutan
slalu bertanya dan meminta pendapat pada sang buaya jika mereka
menghadapi suatu masalah.
Tapi akhir2 ini sang buaya sakit, dia
merasa hidupnya tak lama lagi. Dia pun bingung akan keberlanjutan hidup
seluruh isi hutan, karna teman2 yang dia kenal sejak kecil sudah mati
semua..hiks..Dia bingung menempatkan orang sebagai penggantinya, karna
itu bukan tugas yang mudah, menuntut pengalaman dan kebijaksanaan yang
terasah.
Tak jauh dari tempat tinggal sang buaya, hidup seekor
kancil yatim piatu. Ibunya meninggal saat melahirkan dia, sedangkan
ayahnya mati tertembak pemburu. Yang menjaga si kancil sejak kematian
ayahnya hanya sang buaya. Melihat sang buaya sudah sekarat, sang kancil
pun merasa sedih. Dia ikut merasakan kepedihan yang dialami sang buaya
ketika memikirkan keberlanjutan hidup para penghuni hutan.
Si Kancil pun memberanikan diri bertanya pada ayah angkatnya,
Kancil : Ayah, kenapa engkau sangat bersedih?
Buaya : Ayah bingung, nanti kalo ayah mati siapa yang akan menggantikan posisi ayah..
Kancil : Lho? Bukannya disini banyak binatang2 yang cerdas yah? Knapa ayah tidak meyerahkan kepada mereka saja?
Buaya : tugas ayah tak mudah, tak sembarang orang bisa mengembannya.
Kancil : Knapa tidak mudah? Toh ayah sudah hidup lama dengan mereka,
pasti mereka pun belajar banyak dari ayah. Percaya saja pada mereka.
Buaya : Ayah tetap tidak berani. Skali lagi ini bukan tugas yang mudah.
Mereka masih muda, masih banyak hal yang belom mereka mengerti.
Kancil : Ah, ketakutan ayah sebenarnya tak beralasan. Bukan ayah yang
memberi mereka pelajaran. Tapi seluruh isi hutan ini. Ayah tak perlu
terbebani dengan tanggung jawab ini. Apa yang membuat kita tetap
bertahan disini karna kita belajar banyak untuk menyesuaikan diri dengan
hutan, skali lagi bukan ayah yang mengajari. Lihat aku, sejak kepergian
ayah kandungku, aku mencoba bangkit sendiri untuk menerima keadaan
bahwa aku sendiri, sebatang kara, dan untuk hidup pun aku harus berusaha
sendiri. Aku bisa bertahan bukan karna bantuan, bukan karna belas
kasihanmu, aku bisa hidup karna aku bisa menyesuaikan diri dengan hutan
ini. Dan karna itulah aku bisa berbicara seperti ini di depan mu. Tolong
lepaskan beban ayah, itu bukan tanggung jawab ayah lagi.
Sang
buaya hanya bisa terdiam, selama ini ia menganggap kancil sebagai bayi
kecil yang belum siap hidup sendiri di hutan itu. Apa yang ia pikirkan
selama ini ternyata salah. Belajar untuk bisa hidup bukan karna
diberikan petunjuk dan arahan, tetapi belajar dari situasi yang mesti
dihadapi setiap hari setiap waktu, belajar menyesuaikan diri dengan
hutan tempat mereka hidup, belajar dari setiap kejadian yang menimpa
diri mereka sendiri, skali lagi bukan karna diberi petunjuk dan arahan.
Akhirnya sang buaya pun setuju untuk menyerahkan posisinya sebagai
pemimpin. Dan yang ditunjuk sebagai penggantinya adalah si kancil..Sang
buaya pun rest in peace gitu deh.
..hehehe..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar